Jumat, 24 Maret 2017

SUKA DUKA DALAM BETERNAK BURUNG MURAI BATU.

      Saya perlu menyampaikan hal ini, agar para breeder (peternak)  dan calon breeder murai batu tidak terbuai dengan iming – iming hasil yang menggiurkan, tetapi tetap realistis bahwa bisnis berternak murai batu ini banyak hal atau masalah yang harus di hadapi. Terkadang kita hanya melihat dan mendengar kalau si A dan si B sangat sukses dalam berternak MB, hasil yang di dapat sangat menggiurkan karena satu trotol aja berharga sampai jutaan rupiah. Pendapat ini memang tidak di salahkan dan bisa dimaklumi karena breeder tertentu memang mematok harga tinggi karena investasi yang sudah ditanamkan dalam bisnis ini sudah sangat banyak, di samping juga tenaga dan waktu yang sudah di keluarkan.
    Untuk calon breeder sebelum terjun ke bisnis ini sebaiknya sering bertanya ke berbagai narasumber terlebih dahulu sebagai bahan masukan, apakah bertanya ke sesama breeder ataupun dengan mencari informasi lewat googling.

Secara garis besar tahapan dan Investasi awal breeder murai batu ada beberapa hal :

1. Lokasi Kandang
Penentuan lokasi kandang ini sangat penting, karena sangat berkaitan dengan kenyamanan burung saat di kandang ternak, tidak boleh terlalu ramai dengan lalu lalang manusia atau hewan, dan yang pasti harus aman dari pencurian.

         2. Konstruksi Kandang
Tidak ada aturan baku mengenai  ukuran dan konstruksi kandang breeding, di sesuaikan saja dengan lahan yang anda punya. Tetapi minimal P=90 cm, L=80 cm dan tinggi = 200 cm, menurut saya ukuran yang ideal adalah P=150 cm, L=90cm dan tinggi=250 cm, sekali lagi mengenai ukuran kandang ini tinggal di sesuaikan dengan luasan lahan yang anda miliki. Yang harus di penuhi di dalam kandang ini justru mengenai kecukupan sinar matahari (sebaiknya kandang terkena sinar matahari), tangkringan tempat bertengger burung , glodok untuk tempat bertelor, tempat pakan dan mimum dan alas pasir untuk ngasin dan kipu – kipu. Sedangkan konstruksi kandang bisa menggunakan kayu ataupun alumunium dengan bagian depan menggunakan kawat ram 1 cm di lengkapi dengan pintu untuk mengkontrol dan memberi makan burung.

      3.  Indukan Jantan dan Betina
Pilihlah indukan jantan dan betina yang tidak cacat fisik, jantan minimal 3 X mabung dan betina minimal 1 X mabung (umur >8 bulan). Semakin tua umur nya semakin ideal dan produktif dengan resiko kematian anakan rendah. Sedangkan kualitas indukan di sesuaikan dengan budget dikantong anda. Di tempat breeding saya dengan jantan dan betina umur tersebut sudah bisa produksi.

      4.  Pakan yang berkualitas
Jarang dalam breeding murai ini menggunakan pakan Voor, karena tujuan kita adalah burung cepat produksi yang otomatis kita menyediakan pakannya yang mendekati di alam. Pakan yang wajib ada adalah jangkrik, cacing dan ulet kandang / ulet Hongkong, sedangkan kroto kita berikan pada saat burung dalam kondisi sebelum bertelor dan saat meloloh anakan.

5.  Obat dan suplemen burung
Breeder yang baik harus selalu sedia obat dan suplemen, antisipasi keaadan pada saat indukan dan anakan terkena penyakit, karena burung di kandang terkena dampak cuaca langsung dari siang yang terik dan malam yang dingin. yang wajib di miliki adalah obat dengan jenis Antibiotik dan vitamin. Adapun mereknya terserah yang menurut anda baik.

      6. Recording
Pencatatan dalam proses breeding sangat di perlukan, dari asal usul indukan, tanggal menetas, pemakaian nomor ring anakan, di jual kepada siapa. Tujuanya adalah agar kita bisa melakukan tracking pada suatu saat nanti burung sudah tersebar dan untuk menjamin bahwa anakan tersebut benar adanya dari breeding kita.

      7. Branding
Branding adalah nama produk, sebaiknya jika ingin bergerak dalam bisnis ini sejak awal kita sudah mempunyai nama Bird Fam, di perkuat dengan ring dan sertifitat (jika di perlukan). Pemberian ring pada kaki burung adalah identitas dari breeding/farm kita dimana pada ring tersebut sudah tercantum nama bird farm dan no. hp.

      Ke tujuh hal tersebut di atas adalah minimal yang harus kita penuhi, kalau kita memang serius untuk menekuni bisnis ini. jika hal tersebut sudah di jalankan dan Farm kita sudah produksi, baru yang terakhir adalah pemasaran produk.

Adapun Tantangan dalam bisnis ini yang paling sering terjadi adalah :

   1. Waktu penjodohan indukan, Hal yang sangat krusial dalam proses breeding ini adalah proses penjodohan indukan, kita harus jeli memantau jantan dan betina pada saat proses ini, karena kalau burung tidak berjodoh dan kita tetap masukan ke dalam kandang, resikonya adalah kematian, burung jantan bisa menghajar betinanya, dalam proses saya pernah mengalami kematin indukan betina, bahkan lebih dari sekali,  sepertinya jantan dan betina sudah berjodoh dan tidak saya pantau, tetapi keesokan harianya betina mati karena di hajar jantanya.

    2. Indukan tidak bertelor atau telor tidak menetas, indukan tidak kunjung bertelor biasanya terjadi karena umur indukan belum cukup umur, organ reproduksi belum optimal untuk mencapai tahap birahi dan memproduksi telur. Sedangkan telur yang tidak menetas ini penyebabnya bisa karena jantanya yang gabuk (mandul) ataupun proses pembuahan yang tidak sempurna.

     3. Indukan mati, hal ini sering terjadi pada saat cuaca sangat ekstrim dari panas ke dingin atau musim pancaroba, cuaca yang pada saat siang hari panas tiba – tiba berganti malam menjadi dingin, belum lagi hujan deras yang turun tiba – tiba padahal sebelumnya cuaca panas sekali. Daya tahan murai di kandang ternak menjadi menurun mengingat murai batu ini terkena langsung perubahan cuaca tersebut (tidak di kerodong). Sehingga indukan menjadi sakit, belum lagi virus dan bakteri yang berkembang pesaat pada saat seperti itu.

      4. Anakan mati, ada 2 teknik dalam membesarkan anakan murai, apakah di biarkan dalam kandang ternak sampai dengan anakan bisa makan sendiri (sekitar umur 1,5 bulan) ataupun anakan di angkat pada saat umur 7 sd 9 hari kemudian di loloh sendiri. Penyebab anakan mati bisa karena beberapa hal, bisa sakit karena bakteri/virus/jamur, cuaca yang ekstrim burung kedinginan, pemberian pakan yang salah (kekenyangan) dsb. Sesama breeder tahu bahwa manajemen penanganan anakan murai mesti hati – hati karena tingginya kematian pada tahapn ini. 

      5. Indukan yang lepas/terbang, dimakan tikus  atau di curi orang. Untuk yang kasus ini sebaiknya kita selalu wapada dan hati – hati dalam perawatan harianya.

      Banyaknya kendala dalam proses breeding ini memang sengaja saya kemukakan, semata- mata agar para breeder dan calon breeder lebih waspada dan bisa mengantisipasi dengan cepat apabila terjadi hal – hal seperti tersebut di atas. Saya sendiri sering bertukar pikiran dengan para breeder di sekitaran Serang, dan kalau saya cermati kerugian yang paling besar dalam breeding murai batu adalah banyaknya prosentase kematian Indukan Jantan yang mati karena sakit (biasanya tetelo/ayan yang akut) atau indukan Betina yang mati karena proses Egg Binding ( betina kesulitan mengeluarkan telurnya karena lembek atau lengket atau terjepit pada dinding – dinding saluran reproduksi sehingga sulit keluar).

       Kematian indukan baik jantan atau betina ini tentu sangat merugikan para breeder, investasi yang di keluarkan dalam belanja indukan ini tentulah tidak sedikit, apalagi jika indukan Jantan yang di pakai untuk breeding ini adalah dari trah jawara yang harganya pasti puluhan juta rupiah.

       Dalam bisnis breeding murai batu kalau semata – mata mengharapkan profit, tentu harus di pikir ulang karena banyaknya kendala seperti yang saya sampaikan seperti di atas,  orang banyak yang patah arang di tengah jalan pada saat menghadapi problem dalam dunia penangkaran murai batu.

     Bisnis breeding murai batu ini bisa bertahan kalau di dasari semata – mata karena hobi dan komitmen yang kuat untuk ikut melestarikan murai batu karena keberadaanya di alam yang semakin berkurang, sebuah jenis burung berkicau yang karena kecantikan, keeksotikan dan keelokanya dalam hal fisik dan bunyinya yang kita harapkan bisa terus bertahan sampai dengan  anak cucu kita kelak.


Salam sukses buat para Breeder, dan salam Kicau mania.

Tidak ada komentar: