Kamis, 23 Maret 2017

PROFESIONALISME JURI DALAM PENILAIAN LOMBA BURUNG.

       Menggembirakan memang, proses tumbuh kembang EO akhir – akhir ini dalam mengatur gelaran lomba burung, hampir setiap hari ada aja kontes yang di kelola oleh lintas EO, baik itu menggunakan Juri BNR, Silobur, Rajawali, Ronggolawe ataupun Juri Independent. Kicau Mania seakan di manjakan dengan hal ini, tinggal mana yang di anggap cocok dan burung dalam kondisi fit. Jadilah jagoanya ikut lomba.

Yang jadi permasalah adalah : apakah juri sudah Fair dalam memberikan penilaian?

Dalam setiap gelaran kontes burung pakem penilaian yang di pakai juri mungkin hampir semuanya sama, yaitu :

1. Irama Lagu
 Irama lagu adalah suatu bunyi burung yang memiliki alunan nada dengan tempo ketukan yang  teratur dan serasi. Irama lagu meliputi kombinasi naik turunnya nada, kombinasi panjang pendeknya  nada, dan permainan speed irama yang menjadi harmoni, dan enak di dengar (tidak fals).

2. Volume suara
Volume dan suara adalah penilaian tentang seberapa keras kicauan suara burung Anda, juga penilaian yang menitikberatkan pada kualitas suara burung. Setidaknya, suara burung Anda harus gacor, empuk (enak didengar), tidak cempreng, kristal (suaranya bersih), tidak parau, dan nyaring (lantang).

       3.  Fisik dan gaya
Fisik di sini adalah bahwa burung yang dilombakan tidak mempunyai cacat fisik, bulu bersih dan sempurna, postur tubuh ideal dll, sedangkan gaya adalah bagaimana gerakan tubuh burung tersebut pada saat lomba, apakah burung nagen dan tidak loncat – loncat, ngeruji ataupun turun ke dasar sangkar.

       4. Durasi kerja
Adalah kinerja burung dari awal di gantang sampai dengan penilaian juri selesai.

      Dari ke empat faktor ini, untuk Volume suara  dan durasi kerja mungkin mempunyai kesepahaman yang sama, tetapi Irama lagu dan gaya main ini bisa menjadi hal yang berbeda. Hal inilah yang perlu di komunikasian oleh korlap dalam Tim Juri tersebut, bahwa variabel Irama lagu dan gaya seperti apa yang seharusnya mempunyai nilai tertinggi dalam penilaian mereka.

         Mengenai hal ini Juri memang perlu jam terbang, karena untuk mendapatkan feeling penilaian yang tepat dalam gelaran tersebut, tidaklah mudah, apalagi  jika peserta full dan kapasitas burung lomba hampir semuanya merata. Maka dari itu, untuk Juri Junior perlu penambahan jam terbang di level Latber untuk mempertajam proses penilaian ini.

       Terkadang permasalahan muncul pada saat juri Junior (ataupun Senior) yang dalam gelaran masih bisa di pengaruhi oleh Kicau Mania dari pinggir lapangan. Baik itu teriakan yang menyebut nomor gantangan, menyebut nama juri agar memantau nomor gantangan, melihat siapa yang menggantang burung itu atau melihat kepemilikan dari burung tersebut.

       Seyogyanya, Juri memang memakai kaca mata kuda, tidak peduli yang teriak, tidak peduli burung itu milik siapa, apakah itu punya saudara, Om, adik, tetangga, teman, kakak, paman, tante, bibi, orang yang berpengaruh atau siapapun itu. Pada saat Juri sudah masuk di dalam lapangan tetap fokus terhadap 4 pakem penilaian itu (Irama lagu, volume suara, fisik dan gaya, durasi kerja). Sehingga profesionalisme juri tetap objektif.

Dan seperti apakah harapanya untuk peserta lomba?

        Tidak dipungkiri, peserta lomba juga terkadang bak kesetanan dalam mengunggulkan jagoan mereka, berteriak memberikan support, kecewa dan gaduh karena jagoanya hanya di lirik Juri, bahkan sengaja menyebut nomor gantangan dan nama juri dengan harapanya ada juri yang memantau. Hal - hal seperti ini tentu menjadikan even tersebut tidak bisa di nikmati, karena bukan juri menilai kontes burung, tetapi sudah noise dengan teriakan peserta yang suaranya lebih keras dari ocehan burungnya.

        Ironis memang, lomba yang seharusnya bisa di nikmati malahan bising karena teriakan peserta, diperlukan ketegasan juri dan pemandu lomba agar peserta tetap tertib  dan ikut sama – sama menilai kinerja burung.

       Harapanya tentu untuk kedua belah pihak, juri tetap profesional dalam menjalankan penilaianya sehingga tetap objektif, dan peserta lebih bijak dengan bersama – sama tetap tertib dan bisa menikmati kinerja dari masing – masing burungnya.

     Jika ini bisa terwujud, tidak mustahil bahwa lomba burung merupakan wisata batin bagi kita semua.

Seruput kopi pagi – by Dono BF


Tidak ada komentar: